Go, Go, to Kampung Glintung!

Halo, kawan-kawan! Setelah beberapa hari enggak nulis, rasanya pingin sih nulis. Tapi gara-gara keasyikan nonton Storage Wars di teve, aku jadi agak malas. Tapi gepepelah, soalnya hari ini seruuu banget! Bukan ke gunung lagi, atau masak bareng teman, melainkan aku, umi dan kakakku pergi bersama-sama ke Kampung Glintung Grup Go Green (3G).

Kami jalan-jalan ke sana bareng teman-teman umi yang ‘berkomplot’ dalam perjalanan mencari ilmu ke Kampung Glintung ini (termasuk aku, of course). Setelah memakai baju kebangsaan keluarga kami yang berwarna biru, kerudung pashmina biru-putih-hitam, rok hitam, celana legging kuning, sandal yang kupinjam dari kakakku bergaya cowok, dan jaket pink, rasanya amburadul, hehehe.

Kata umi, Kampung Glintung adalah kampung yang sudah mengelola sampah di kampung mereka dengan baik. Setelah aku kesana, aku baru tahu kalau Kampung Glintung itu juara satu Lomba Kampung Hijau -atau apalah, yang diadakan oleh perusahaan cat Decofresh itu.

Abi hanya mengantar kami kesana, lalu pulang. Karena yang ikut semuanya ibu-ibu. Tapi Pak RW sendiri yang mengajar dan mengajak rombongan yang terdiri dari ibu-ibu dan beberapa anak kecil itu. Pak RW bernama Pak Bambang Irianto, mantan direktur JatimPark 1, dan merupakan seorang sarjana dari Jurusan Pertanian Brawijaya.

Kuberitahu ya, kampung itu sangat bersih, hijau, indah, dan tentu saja asri. Gangnya kecil berkelok-kelok, sehingga aku takut akan tersesat di sana kalau belum mengerti seluk-beluk kelokannya. Di ujung gangnya ada rel kereta api. Aku dan abi sempat kesana sebentar untuk melihat-lihat dan tepat di belakang kami kereta langsung ‘berkobar’ dengan suara yang sangat menulikan telinga. Jujur, aku kaget.

Di sana, kami disuguhkan dengan kue, puding, dan jus sawi. Mungkin menurut kalian jus sawi ini nggak enak dan eneg ya, tapi aku ketagihan dan kepengen lagi walau jatahku sudah habis. Hihihi… Bahkan, Ais, temanku dan teman Arun yang ikut main di pegunungan (baca post-ku yang menjelajah di pegunungan yaaa), juga ketagihan. Dia datang dengan adiknya, Hanif, serta ibunya.

Pak Bambang mengajari rombongan cara menanam, merawatnya, menunjukkan nama tanaman-tanaman di kampungnya… ada cabe tahun, cabe langka yang bisa hidup dan berbuah sepanjang tahun tanpa mati. Keren! Oh ya, di beberapa tempat, aku juga melihat anggrek bermacam warna. Sungguh pemandangan yang mengagumkan karena perumahan di tempatku hanya orang kaya saja yang punya anggrek. Itupun mungkin hanya satu macam. Ini… mungkin tiga.

Saat kami berkunjung ke bank sampah kecil-kecilan di sana, yang bekerja sama dengan BMS (Bank Sampah Malang), bapak di sana membolehkanku, kakakku, Ais, dan Hanif memilih mainan dari sebuah karung berisi mainan-mainan dan tutup botol yang kotor dan berdebu. Di sampingnya terdapat dua ember air; satu penuh mainan dan satunya lagi berisi air bersih. Aku mencuci mainan yang kupilih; sebuah sekop hitam berukuran kecil yang cukup kuat dan pencetak gelembung.

Duh, posting-ku yang ini kok kayak panjaaaang banget ya? Tanganku agak pegal menuliskan semuanya, tapi yang lagi berlibur ke Malang disarankan agar berlibur juga ke Kampung Glintung agar merasakan udara segaranya yang nyaman dan warnanya yang greeny banget itu.

Umi membeli dua polybag berisi sebuah tanaman obat nyamuk yang bisa dijadikan aromatherapy untuk mengusir nyamuk dan bayam Korea. Lalu umi juga membeli biji cabe tahunan. Pedasnya sudah melayang di lidahku… Ssh…

Eh, ini foto-foto selama di Kampung Glintung:

 

 

IMG-20150407-WA0001
Rombongan kereta api… 😛

 

 

 

IMG-20150407-WA0000
Ini kakakku yang foto. Lumayan sih -_-“

 

 

 

IMG-20150407-WA0002
Tataan tanaman yang superasyik 🙂

 

 

IMG-20150407-WA0003
Ini kali bayam Korea… nggak ingat ;-|

 

 

 

IMG-20150407-WA0006

 

 

 

IMG-20150407-WA0007
3G: Grup Go Green… NB: Pak Bambang yang pakai baju merah pegang microph 🙂