Kursus Menjahit

Tadi pagi, eh siang, sekitar jam 10 aku berangkat kursus menjahit. Entah kursus apa bukan, karena entah minggu depan ada lagi atau tidak. Yang jelas, aku terlambat sekitar dua jam lebih. Seharusnya, aku datang jam delapan, namun gara-gara lupa, jadi berangkat jam 10. Untung Bu Yuyun, pemilik toko busana  muslimah yang mengadakan kursus itu, meng-sms umi, menanyakan jadi apa tidak aku ikut kursusnya.

Sabtu lalu kami pernah putar-putar mencari tempat Bu Yuyun (baca: Salah Tanggal atau apalah), jadi sekarang kami masih ingat di luar kepala.

Eits, jangan senang dulu. Umi ada rapat di kampusnya, jadi abi dan Arunia saja yang mengantarkanku ke ruko-nya Bu Yuyun. Saat sampai, sudah ramai. Jelas sekali, aku terlambat dua jam lebih. ‘Lebih’nya itu jam transportasinya.

Ada lebih dari sebelas orang disana. Bu Yuyun mengajakku ke pintu depan, lalu aku menyerahkan uang tiga puluh ribu pada Bu Yuyun. Bu Yuyun mengembalikan uang sepuluh ribu, dan memberikanku sekotak kue, segelas plastik air, seplastik dakron dan seplastik manik-manik. Ada manik-manik bunga mawar juga. bukan terbuat dari kain katun, mawar itu terbuat dari kain lain.

Bu Yuyun mengajariku membuat setengah lingkaran. Tak lama kemudian, seorang perempuan muda berkerudung biru tua (atau hitam, aku lupa) duduk di sampingku dan mengajariku menjelujur.

Setelah itu, aku belajar mengisi lingkaran yang sudah dijelujuri itu dengan dakron, lalu menjahit dan ‘mematikannya’. Menjahitkan salah satu manik ke atasnya.

Karya pertamaku yang kubuat dengan susah payah itu berkali-kali kuberikan ke mbak yang membantuku. Namanya entah siapa, Fera atau Berli-entah. Di sini, kupanggil Mbak Fera aja ya. Walaupun aku enggak yakin, itu nama aslinya apa bukan.

Berkali-kali juga Mbak Fera membantuku. Memperbaiki benang di bros bungaku, membantu menyelesaikan jelujur, atau membantu menyelesaikan ‘mematikan’.

Karya pertamaku sebuah bros bunga dengan manik hitam bulat di tengah atasnya. Sedang yang kedua, kain lingkaran yang pembuatannya sama dengan yang awal; bedanya tidak diberi dakron. Hanya dijelujur, ‘dimatikan’, dan diberi manik bulat besar berwarna keperakan.

Karya terakhir (yang paling sulit), sebuah bunga yang terdiri dari enam ‘butir’ kain yang sudah kujelujur, kuisi dakron, dan ku ‘matikan’. Salah satu butir kain dakron itu berwarna berbeda dari lima butir yang lainnya. Karena butir itu akan ditaruh di tengah (mengerti, kan, maksudku?)

Bunga itu tak menggunakan satupun manik-manik, kecuali sebuah benda yang mirip dengan taplak hanya saja lebih kecil. Taplak itu ditempel di bawahnya, setelah digunting oleh Mbak Fera. Lalu ditempel juga sebuah peniti.

Setelah beberapa lama, akhirnya jadi. Oya, aku sempat foto-foto dulu dengan para peserta ‘ibu’ yang lainnya. Seorang karyawan Bu Yuyun yang memfoto dengan sebuah kamera Canon.

Mau lihat hasilnya? Ntar dulu ya… Hehehe. Kufoto dulu, ceklik! ^^

 

Byee

2 Comments

  1. Cieeee…
    btw fotonya mana yah?

Leave a Comment